"Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya."
Kehidupan ini seperti main ayunan. Sebentar di atas, lalu ke bawah. Ada sedih, ada senang, sakit-sehat, untung-malang, dan seterusnya. Hidup kita seperti bandul yang sebentar ke kiri lalu bergerak ke kanan. Masalah sebagian klien kami bukanlah pada besar atau beratnya masalah. Tapi karena mereka tidak siap menghadapi masalah dalam hidup. Mereka tidak ready menghadapi kemungkinan terburuk yang bisa menimpa mereka kapan saja.
Misalnya, pasangan yang akan menikah lebih banyak membayangkan indahnya pernikahan, tapi tak pernah bersiap menghadapi munculnya masalah yang menyertai perkawinan seperti menghadapi kebangkrutan usaha keluarga atau penyakit berat yang menimpa pasangannya. Umumnya orangtua bahagia punya anak, tapi mereka tidak mempersiapkan skill dan mental jika anak mereka menghadapi masalah seperti kena adiksi narkoba misalnya. Sebagian orang malah sudah takut menghadapi masalah. Mereka menganggap kesulitan itu momok yang harus dihindari atau dijauhi. Padahal sikap terbaik, masalah itu dijalani atau dihadapi. Makin kita takut menghadapi masalah, makin banyak energi kita tersedot rasa takut tersebut. Padahal sebagian ketakutan kita tak tentu terjadi.
Semua orang punya masalah
Dalam konseling, kami membantu klien memahami fakta kehidupan adalah berjuang. Hidup adalah perjuangan. Kita harus berhenti dari sikap dan perilaku yang menyalahkan atau mengkambinghitamkan orang lain. Stop dari penyesalan diri atau menyalahkan diri sendiri. Lebih baik energi emosi dan pikiran dikerahkan untuk menghadapi masalah. Dengan pikiran jernih, kita mencari solusi bersama pasangan dan orang yang dipercaya. Semua orang punya masalah. Kesulitan tidak menunjukkan kita lemah, atau seolah karena dosa. Tidak. Kesulitan yang DIA izinkan tidak bermaksud melemahkan, sebaliknya, mendewasakan. Membuat hidup seimbang dan lebih berwarna.
Respon terhadap masalah
Semua pencobaan dan tantang hidup adalah pencobaan yang biasa atau lazim, tidak melebihi kekuatan kita. Tuhan tahu apa yang terbaik, dan apa yang sanggup kita pikul. Hanya respon kita saja sering tidak tepat terhadap kesulitan itu. Ada orang yang cenderung membesar-besarkan masalah; ada yang lebih suka menyimpan dan mendiamkan masalah dan tidak sedikit memilih menghindari kesulitan. Respon inilah menjadikan masalah kita semakin berat.
Hidup suatu pertandingan
Menjalani tantangan kehidupan seperti sebuah pertandingan. Sikap seorang pemenang perlu ditanamkan dalam otak kita, yaitu berani, disiplin dan optimis. Pertandingan berarti berani menang dan siap kalah. Kita harus berani menghadapi penderitaan, dan tidak sekedar mau senang saja. Rela menjalani kesulitan sebagai suatu "disiplin Ilahi". Masalah atau kesulitan justru membentuk karakter atau kepribadian kita untuk menjadi lebih tangguh dan punya daya juang serta daya tahan stres yang lebih baik. Kita juga perlu mengembangkan sikap optimis dan berpengharapan, bahwa badai masalah pasti berlalu. Setiap masalah ada "wisuda"-nya. Bahkan bila Anda merasa "nasi sudah menjadi bubur", percayalah buburpun bisa dijadikan bubur ayam yang lezat. Bagi orang percaya, tragedi bisa menjadi "komedi" dan frustasi menjadi prestasi. Sikap terbaik seorang pemenang adalah selalu mengandalkan Tuhan.
Ayun saja..l
Begitulah hidup, berjuang. Kehidupan seperti main ayunan. Sebentar di atas lalu ke bawah. Sedih-senang, sakit-sehat, untung-malang, dan seterusnya. Seperti bandul yang sebentar ke kiri lalu bergerak ke kanan. Ayun saja, ikuti irama. Jangan fokus pada kesedihan. Ingat, kita pun punya kesenangan. Jangan fokus pada kelemahan, kita juga punya kekuatan. Jangan berpusat pada kekurangan pasangan, dia juga ada kelebihan.
Ayun saja terus bandulmu, ya ayun saja agar berjalan seimbang. Anggap saja seperti sebuah permainan, dan "bersenanglah". Belajar bersukacita dalam segala hal, jauhkan sikap bersungut. Toh kita tidak sendiri. Lagipula ingat, kebahagiaan sejati adalah mengalami penderitaan dan kesenangan secara seimbang. Selamat mengayun bandul kehidupan dan jadilah pemenang.
* Ditulis di pesawat Garuda dalam perjalanan Jakarta - Pontianak. 1 Oktober 2012
Raja Salomo
KOMPAS.com
Sikap seorang pemenang perlu ditanamkan dalam otak kita, yaitu berani, disiplin dan optimis.
Misalnya, pasangan yang akan menikah lebih banyak membayangkan indahnya pernikahan, tapi tak pernah bersiap menghadapi munculnya masalah yang menyertai perkawinan seperti menghadapi kebangkrutan usaha keluarga atau penyakit berat yang menimpa pasangannya. Umumnya orangtua bahagia punya anak, tapi mereka tidak mempersiapkan skill dan mental jika anak mereka menghadapi masalah seperti kena adiksi narkoba misalnya. Sebagian orang malah sudah takut menghadapi masalah. Mereka menganggap kesulitan itu momok yang harus dihindari atau dijauhi. Padahal sikap terbaik, masalah itu dijalani atau dihadapi. Makin kita takut menghadapi masalah, makin banyak energi kita tersedot rasa takut tersebut. Padahal sebagian ketakutan kita tak tentu terjadi.
Semua orang punya masalah
Dalam konseling, kami membantu klien memahami fakta kehidupan adalah berjuang. Hidup adalah perjuangan. Kita harus berhenti dari sikap dan perilaku yang menyalahkan atau mengkambinghitamkan orang lain. Stop dari penyesalan diri atau menyalahkan diri sendiri. Lebih baik energi emosi dan pikiran dikerahkan untuk menghadapi masalah. Dengan pikiran jernih, kita mencari solusi bersama pasangan dan orang yang dipercaya. Semua orang punya masalah. Kesulitan tidak menunjukkan kita lemah, atau seolah karena dosa. Tidak. Kesulitan yang DIA izinkan tidak bermaksud melemahkan, sebaliknya, mendewasakan. Membuat hidup seimbang dan lebih berwarna.
Respon terhadap masalah
Semua pencobaan dan tantang hidup adalah pencobaan yang biasa atau lazim, tidak melebihi kekuatan kita. Tuhan tahu apa yang terbaik, dan apa yang sanggup kita pikul. Hanya respon kita saja sering tidak tepat terhadap kesulitan itu. Ada orang yang cenderung membesar-besarkan masalah; ada yang lebih suka menyimpan dan mendiamkan masalah dan tidak sedikit memilih menghindari kesulitan. Respon inilah menjadikan masalah kita semakin berat.
Hidup suatu pertandingan
Menjalani tantangan kehidupan seperti sebuah pertandingan. Sikap seorang pemenang perlu ditanamkan dalam otak kita, yaitu berani, disiplin dan optimis. Pertandingan berarti berani menang dan siap kalah. Kita harus berani menghadapi penderitaan, dan tidak sekedar mau senang saja. Rela menjalani kesulitan sebagai suatu "disiplin Ilahi". Masalah atau kesulitan justru membentuk karakter atau kepribadian kita untuk menjadi lebih tangguh dan punya daya juang serta daya tahan stres yang lebih baik. Kita juga perlu mengembangkan sikap optimis dan berpengharapan, bahwa badai masalah pasti berlalu. Setiap masalah ada "wisuda"-nya. Bahkan bila Anda merasa "nasi sudah menjadi bubur", percayalah buburpun bisa dijadikan bubur ayam yang lezat. Bagi orang percaya, tragedi bisa menjadi "komedi" dan frustasi menjadi prestasi. Sikap terbaik seorang pemenang adalah selalu mengandalkan Tuhan.
Ayun saja..l
Begitulah hidup, berjuang. Kehidupan seperti main ayunan. Sebentar di atas lalu ke bawah. Sedih-senang, sakit-sehat, untung-malang, dan seterusnya. Seperti bandul yang sebentar ke kiri lalu bergerak ke kanan. Ayun saja, ikuti irama. Jangan fokus pada kesedihan. Ingat, kita pun punya kesenangan. Jangan fokus pada kelemahan, kita juga punya kekuatan. Jangan berpusat pada kekurangan pasangan, dia juga ada kelebihan.
Ayun saja terus bandulmu, ya ayun saja agar berjalan seimbang. Anggap saja seperti sebuah permainan, dan "bersenanglah". Belajar bersukacita dalam segala hal, jauhkan sikap bersungut. Toh kita tidak sendiri. Lagipula ingat, kebahagiaan sejati adalah mengalami penderitaan dan kesenangan secara seimbang. Selamat mengayun bandul kehidupan dan jadilah pemenang.
* Ditulis di pesawat Garuda dalam perjalanan Jakarta - Pontianak. 1 Oktober 2012
Raja Salomo
KOMPAS.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar